Artikel

03MAR2015

Sumut Masih Deflasi Sebesar 1,38 Persen

Medan, 2/3 – Sumatera Utara hingga Februari 2015 masih terus mengalami deflasi atau sebesar 1,38 persen secara bulanan dan kumulatif 1,72 persen akibat turunnya harga berbagai barang.

"Sumut masih deflasi karena di bulan Februari, semua atau empat kota yang dijadikan IHK (indeks harga konsumen) juga mengalami deflasi," kata Kabid Statistik Distribusi Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut, Bismark S Pardamean di Medan, Senin.

Sibolga misalnya deflasinya paling tinggi sebesar 2.04 persen disusul Padangsidempuan 1,40 persen, Pematangsiantar 1,38 persen dan Medan 1,36 persen.

Di Kota Medan, deflasi misalnya dipicu penurunan harga cabai merah sebesar 38,57 persen, daging ayam ras 10,37 persen, ikan gembung 8.03 persen, bayam turun 13, 46 persen dan termasuk menurunnya harga bahan bakar minyak jenis premium 8,26 persen dan angkutan udara 7,18 persen.

"Masih deflasinya Sumut di Februari, membuat laju inflasi daerah itu secara kumulatif dan YoY (year on year) masing-masing 1,72 persen dan 5,89 persen.

Mendampingi Kepala BPS Sumut, Wien Kusdiatmono, Bismark, mengakui, di Sumatera, semua kota IHK nya yang sebanyak 23 kota mengalami deflasi dengan tertinggi di Bukittinggi, Sumatera Barat 2,35 persen dan terendah di Bandar Lampung 0.92 persen.

Secara nasional deflasi di Februari mencapai 0,36 persen dan YoY 6,29 persen.

"Mudah-mudahan inflasi bisa terus ditekan sepanjang tahun ini untuk mendorong pertumbuhkan ekonomi," ujar Bismark.

Pengamat ekonomi Sumut, Wahyu Ario Pratomo menyebutkan, melihat kondisi kebijakan pemerintah seperti adanya lagi kenaikan bahan bakar minyak (BBM) dan elpiji, maka deflasi yang terjadi dalam dua bulan di 2015 itu tidak bisa dipertahankan.

"Pasti akan terjadi kenaikan harga lagi mengikuti kenaikan BBM dan elpiji dan itu akan mendorong terjadinya inflasi," katanya.

Apalagi dewasa ini, Sumut mulai memasuki musim kemarau yang akan memicu mengetatnya produksi hortikultura dan otomatis mendorong harga jual sayur mayur dan buah-buahan.

"Pemprov Sumut harus segera mengantisipasi terjadinya lonjakan harga khusus harga beras dimana musim panen sudah mulai habis," katanya.

Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara (USU) itu menegaskan, meski di tahun 2014, angka inflasi sudah bisa ditekan menjadi tinggal 8,17 persen dari 2013 yang 10,18 persen, tetapi angka itu dinilai masih cukup tinggi.

 

(Antara)-(DT)