by
Medan, 27/6 - Untuk menentukan awal Ramadhan Tim Badan Hisab Rukyat (BHR) melakukan pengamatan hilal dari anjungan Lantai 9 Kantor Gubernur Sumut, Jl Diponegoro, Medan, Jumat (27/6). Namun dari hasil pengamatan tersebut tim tidak melihat hilal sehingga untuk kali ketiga kembali terjadi perbedaan awal puasa di Indonesia.
Sekretaris Tim Ahli BHR Sumut Syaifuddin Ritonga menjelaskan, perbedaan waktu 1 Ramadhan sudah tiga kali berbeda, apabila pada tahun ini juga berbeda. Bahkan, berdasarkan pengamatannya sudah diprediksi bahwa meski penentuan 1 Ramadan berbeda, namun Hari Raya 1 Syawal akan sama dengan Muhammadiyah.
"Saya yakin dan percaya kalau di sini nggak akan nampak hilal karena ufuknya aja pun tidak nampak. Kejadian tahun ini sama seperti tahun sebelumnya," kata Syaifuddin.
Pengamatan rukyatul hilal yang paling ideal menurutnya jika dilakukan di Sorkam, Tapanuli Tengah (Tapteng). Karena posisinya dari 23 derajat ke Selatan dan 23 derajat ke Utara pandangan tidak terhalang apapun. Berbeda dengan di Medan yang selalu diselimuti awan.
Berdasarkan markaz pengamatan Rukyatul Hilal Awal Ramadhan 1435 H di Provinsi Sumatera Utara (Provsu) dengan letak posisi geografis lintang +0,30 34’ 48,30 (LU), Bujur 980 400 17,80 (BT), tinggi tempat 60 meter diatas permukaan laut. Dari tim hisab Rukyat Provsu diperoleh hari perhitungan hisab dan hasil pengamatan Hilal di lokasi terbenam matahari 18.38,34 (WIB), terbenam hilal 18.37,50 (WIB), tinggi hilal 000 11’ 0,5” (dibawah ufuk Mar’i), jarak Hilal dengan Markaz 401692,6875 kilometer. Dengan kondisi ini keberadaan hilala, katanya, hilal belum wujud dan belum imkan rukyat.
“Untuk penetapan tanggal memulai ibadah puasa Ramadhan 1435 Hijriyah menunggu siding isbat menteri,” sebutnya.
Kepala Bidang Data dan Informasi BMKG Sumbagut Hendra Suwarta juga membenarkan bahwa hilal tidak akan nampak karena awan sejak pagi hingga sore sangat tebal. Bahkan, pada sore ini, katanya, cuaca agak mendung. Hal itu tidak akan mungkin bisa melihat hilal yang kurang dari 2 derajat.
Diakuinya juga bahwa dalam penentuan awal bulan kalender Hijriah lebih rumit dibanding Masehi. Sebab Hijriah ditentukan dari perputaran bulan mengelilingi bumi ditambah perputaran bumi mengelilingi matahari. Sedangkan kalender Masehi hanya dilihat dari perputaran bumi mengelilingi matahari
Sekretaris Daerah Sumatera Utara (Sekda), Nurdin Lubis yang saat itu meneropong letak hilal juga menyampaikan, meskipun adanya perbedaan awal Ramadhan diharapkan umat Muslim tetap melaksanakan ibadah.
“Sudah dua kali berbeda, kalau untuk tahun ini yang ketiga. Persoalan perbedaan tidak masalah, tetap saja melaksanakan ibadah. Persatuan dan kesatuan, Susana kondusif tetap terjaga,” ujarnya
Nurdin mengatakan, Provinsi Sumatera Utara dalam hal ini juga berupaya memfasilitasi tempat anjungan untuk melihat hilal dalam menentukan awal Ramdhan. Anjungan yang dimaksud, ucapnya, terletak di Barus dan sudah mendapat restu dari Gubsu.
“Insya Allah akan menggunakan dana APBD 2014, kalau tidak sempat menggunakan APBD 2015,” sebutnya.
(Humas Pemprovsu)-(Er)